Ini Penyebab Penerapan Smart City Jakarta Belum Maksimal


Saat ini banyak beberapa kota-kota di Indonesia ingin menerapkan konsep smart city. Dengan diterapkannya konsep smart city ini diharapkan bisa memberikan efisiensi sekaligus nilai tambah bagi perekonomian kota tersebut.
Meskipun begitu, untuk menjalankan konsep smart city ini ada beberapa hal yang menjadi kunci berhasilnya penerapan smart city di antaranya adalah visi mewujudkan smart city dari pemimpin kota, masyarakat, dan road map smart city yang holistik.
Jakarta, misalnya. Secara kepemimpinan, Gubernur DKI Jakarta, Ahok sudah menginstruksikan penggunaan smart city agar bisa terwujud secara menyeluruh di 2017. Kemudian road map atau grand desain pun tinggal difinalkan tahun ini. Nah, peran serta masyarakat Jakarta yang masih menjadi tantangannya.
Hal ini diakui oleh Kepala UPT Smart City Jakarta, Setiaji. Menurutnya visi dari pimpinan dan road map sudah jelas. Hanya saja keterlibatan masyarakat yang dirasa masih kurang.
"Saya belum bisa jelaskan berapa prosentasenya, tapi yang jelas masih belum maksimal," ungkapnya saat dihubungi Merdeka.com melalui pesan singkat, Senin (15/06).
Contoh sepelenya saja, lanjut dia, adalah kepedulian masyarakat dalam membuang sampah pada tempat masih kurang. Hal ini bisa terlihat melalui aplikasi Qlue milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
"Ini bisa kita lihat dari laporan masyarakat via Qlue. Yang paling tinggi adalah pelanggaran itu," ujarnya.
Qlue merupakan aplikasi yang berperan sebagai wadah penampung segala kepentingan warga Jakarta. Modelnya, seperti jejaring sosial. Di sini, warga dapat menyampaikan aspirasi pengaduan realtime, melaporkan semua kejadian di sekitar, hingga mem-follow teman-teman layaknya jejaring sosial lain.
Dirinya mengakui untuk sosialisasi dan penindakan terhadap masalah itu sudah rutin dilakukan.
"Contohnya penertiban kawasan Monas," singkatnya.
Source: merdeka.com
Comments
0 Comments

EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng